Kisah Inspirasi Woo jin yu

Sungguh, dalam mengasuh dan mendidik anak, Aku Sering Merasa bahwa anakkulah guru kehidupan bagiku

Berikut merupakan pengalaman seorang pengajar Les Piano mengenai keliru seorang muridnya yang bernama Wo Jin Yu .

Suatu waktu beliau menerima seorang anak didik yang bernama Wo jin yu yg berusia 12 tahun, Pada waktu pertama kali mendaftar les dia di antar sang ayahnya.

Pada hari pertama mengikuti kursus misalnya biasa oleh pengajar piano berkata bahwa dia bahagia sekali menerima Wo menjadi muridnya, karena usia Wo masih sangat belia & itu akan sangat baik sekali lantaran pada usia dini umumnya seorang akan sangat gampang sekali buat di ajari seuatu terutama musik ucapnya.

Maka sejak hari itu Wo kecil mulai belajar bermain piano, namun aku  melihat tampaknya beliau kaku sekali, jari-jemarinya sulit sekali pada gerakkan, selain itu sang guru piano jua mendapati bahwa Wo sangat nir peka menggunakan bunyi-bunyi nada. Tapi tidak apalah pikirnya lantaran mungkin ini hari pertamanya.

Tetapi demikian tampaknya Wo terus berusaha menggunakan keras untuk memainkan jari-jarinya pada atas piano tersebut menggunakan bunyi yang tidak beraturan dan relatif memekakan terlinga.

Beberapa bulan Wo telah mencoba memeriksa segala yang saya wajibkan buat dipelajarinya, namun tampaknya tidak ada kemajuan yg begitu berarti. Sampai suatu ketika sempat terlontar kata dari aku  bahwa tampaknya Wo nir memiliki bakat yang cukup untuk sebagai seseorang pianis yg baik.

Tetapi Wo mengungkapkan bahwa beliau ingin mampu bermain piano karena ibunya ingin sekali beliau bisa bermain piano. Dan Wo mengatakan bahwa beliau sesungguhnya kurang menyukai piano namun beliau begitu mencintai Ibunya. Sehingga dia akan terus berusaha buat mampu bermain piano.

Karena tampaknya sulit sekali aku  mengajarinya buat bermain piano, suatu ketika saya katakan padanya bahwa mungkin beliau mampu menyelidiki indera musik lainya, Tetapi Wo menggunakan tegas mengungkapkan Tidak, aku  wajib  sanggup bermain piano, suatu ketika mak   saya akan bisa mendengar saya bermain piano dengan baik. Pungkasnya mantap.

Setiap hari semangat Wo buat bermain piano semakin tinggi dan dia terlihat semakin bekerja keras buat bermain piano. Belakangan aku  mengetahui bahwa dirumah pun beliau terus berlatih piano siang dan malam.

Setiap hari Wo selalu pada antar jemput sang ayahnya. Namun sudah beberapa hari ini sepertinya Wo nir datang buat berlatih piano lagi, terdapat apa gerangan, dalam bathin aku  penasaran.

Tapi aku  berpikir tak apalah mungkin saja dalam akhirnya dia menyadari bahwa memang dia tidak berbakat buat bermain piano & tetapkan buat berhenti. Akhirnya saya tetapkan untuk tidak menghubunginya.

Enam bulan setelah kejadian itu saya menunjukkan brosus dalam para murid piano saya buat memberitahukan bahwa dua minggu lagi akan pada adakan konser musik piano di balai kota yg akan dimainkan sang anak-anak siswa asuhan aku .

Namun aku  agak terkejut waktu tiba-tiba Wo tiba & menyatakan beliau ingin ikut serta dalam pertunjukan konser tersebut.

Lalu aku  katakan sebenarnya pertunjukan konser itu hanya buat murid-siswa les saya saja, & lantaran Wo sudah lama   tidak les maka sepertinya Wo nir sanggup mengikutnya.

Tetapi dengan nada serius dan setengah memaksa Wo meminta saya agar dia bisa mengikutinya. Ia berkata bahwa selama enam bulan ini ia tidak sanggup datang Les lantaran ibunya sedang sakit dan dia tidak mau meninggalnya sendirian di tempat tinggal  .

Lalu beliau juga meyakinkan saya bahwa meskipun tidak ikut les ia terus berlatih keras siang dan malam buat bisa bermain piano.

Dan menggunakan nada memelas beliau mengungkapkan… Tolonglah bu beri aku  kesempatan buat sanggup ikut serta pada pertunjukan tadi.

Saya berpikir jika Wo ikut mungkin sanggup merusak pertunjukan yang terdapat nanti, tapi entah mengapa menurut pada batin aku  kok misalnya ada dorongan bertenaga buat menaruh kesempatan dalam anak ini untuk mengikutinya hingga dalam akhirnya saya pun mengijinkan Wo buat ikut.

Malam pertunjukan datang. Balai Kotapun dipenuhi dengan orang tua, teman, & rekanan.

Saya menempatkan Wo dalam urutan terakhir persis sebelum saya tampil ke depan buat berterima kasih dan memainkan bagian terakhir berdasarkan konser malam itu.

Saya rasa jika terjadi kesalahan yg buat oleh Wo di akhir acara nanti aku  mampu menutupinya menggunakan permainan aku .

Pertunjukan itu berlangsung tanpa masalah. Murid-anak didik sudah berlatih & hasilnya sangat cantik.

Lalu tibalah sekarang giliran Wo naik ke anjung. Bajunya kusut dan rambutnya relatif berantakan saya berpikir pada hati. “Kenapa dia tak berpakaian misalnya murid lainnya?” dan. “Kenapa ibunya nir menyisir rambutnya setidaknya buat malam ini saja..?”

Wo menarik kursi piano & mulai bicara. Saya terkejut waktu Wo menyatakan bahwa beliau telah memilih buat memainkan karya Mozart’s Concerto #21 in C Major.

Jantung saya berdebar keras menantikan apa yg akan terjadi karena aku  tahu itu merupakan nir mudah apa lagi bagi seorang anak misalnya Wo.

Namun datang-datang saja terdengar alunan nada yg begitu indah, terlihat ayunan jarinya ringan pada tuts nada, bahkan menari nari menggunakan latif & gesitnya. Dia berpindah dari pianossimo ke fortissimo… berdasarkan allegro ke virtuoso. Benar-benar sangat rupawan!

Saya tidak pernah mendengar lagu Mozart dimainkan orang seumur anak 12 tahun sebagus & seindah itu! Setelah enam 1/2 mnt, beliau mengakhirinya menggunakan crescendo besar , & tanpa sadar sudah menciptakan seluruh orang terpana seolah nir percaya dalam apa yang mereka saksikan & mereka dengar…

namun taklama sehabis itu terdengar tepuk tangan yg riuh & sangat meriah.

Segera saja mata aku  berlinangan air mata, aku  segera naik ke anjung dan memeluk Wo dengan penuh rasa haru dan sukacita.

”Saya belum pernah mendengar kau bermain piano seindah itu, Wo! Bagaimana kau melakukannya?”

Melalui pengeras bunyi Wo menjawab, “Bu Yun Yi.. Masih ingatkah mak   ketika saya mengungkapkan bahwa mama aku  sedang sakit?

Ya, sebenarnya mama aku  sedang sakit kanker & dia baru saja mangkat  tersebut pagi.

Tahukah mak   bahwa sebenarnya… mama saya itu tuli semenjak lahir jadi aku  konfiden malam inilah pertama kali beliau sanggup mendengar bunyi saya bermain piano.

Permainanku malam ini sengaja saya persembahkan spesifik bagi mama ku sebelum beliau pergi menemui Tuhannya.”

Tak satupun menurut para penonton yang hadir malam itu yang kuasa buat menunda airmatanya, bahkan menurut beberapa sudut ruangan terdengar beberapa isak tangis penuh keharuan.

Ketika panitia membawa Wo turun menurut panggung ke ruang istirahat, saya segera menyadari meskipun mata saya masih merah & bengkak penuh keharuan, namun saya begitu bersyukur betapa hidup saya jauh lebih berarti lantaran pernah menerima Wo menjadi siswa saya.

Selama ini saya selalu merasa saya merupakan pengajar bagi mereka, akan tetapi malam ini aku  merasa sebagai seorang anak didik yang telah pada beri pelajaran berharga oleh Wo.

Dialah sesungguhnya gurunya, guru kehidupan bagi aku  & sayalah muridnya.

Lantaran malam ini Wo mengajarkan dalam aku  arti sebuah kerja keras, cinta kasih dan keberhasilan.
kisah woo jin yu

Share from buku Ayah Edy punya cerita
December 4, 2011

1 Response to "Kisah Inspirasi Woo jin yu"

  1. Caesars Palace in Las Vegas, NV - Mapyro
    The Caesars Palace 김제 출장안마 casino resort 사천 출장마사지 in 태백 출장마사지 Las Vegas, Nevada is a massive 3.5-million-square foot multi-use 원주 출장샵 project with 공주 출장마사지 1,700 hotel rooms,

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel